PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
Nis :124899
Kelas
:
XII.A
Kelompok
: A.2.3
Tanggal
mulai : 2 oktober 2014
Tanggal
selesai : 2 oktober 014
Judul
:Penentuan
kadar asam lemak bebas
Tujuan :
·
Untuk
menentukan kadar asam lemak bebas dalam sampel minyak goreng
Dasar prinsip :
Penentuan
kadar asam lemak bebas (FFA) berprinsip pada titrasi sampel yang dilarutkan
dengan alkohol netral oleh NaOH untuk menetralkan asam lemak bebas.
landasan teori :
Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut.
:(0,3 mL x 0,0963 meq/mL x 0,2 g/meq/5,0062) x 100 %
:
0.11
%
Fungsi penambahan Alkohol
Bahan
pangan yang sering kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung banyak
senyawa-senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Mungkin secara kasat mata
kita tidak mengetahuinya. Tetapi dengan peneltian lebih lanjut, maka kita akan
menemukan bahwa dalam suatu bahan pangan banyak terdapat senyawa-senyawa
kimiayang berbahaya bila dikonsumsi terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
Kandungan
asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh senyawa yang
terkandung dalam bahan pangan yang dapat
bersifat berbahaya khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut
terlalu sering untuk dikonsumsi. Penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang
kali dapat mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi karena mudah teroksidasi.
Asam
lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena adanya proses pemanasan bahan pangan pada
suhu tinggi yang dapat meningkatkan konsentrasi dari asam lemak bebas dan
meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk apabila proses tersebut
semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu dan kandungan gizi bahan pangan
tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum Analisis Asam
Lemak Bebas agar kita mengetahui mutu bahan pangan yang kita konsumsi ditinjau
dari kadar asam lemaknya.Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut.
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat
dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara
murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan
terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol,
phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan
lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut
anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan
terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi
berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode
Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi
kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak
mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam
lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan
pelarut anhydrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum
menjadi amat sederhana, bersifat universal dan mempunyai ketepatan yang
baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut
yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak
sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode
ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet.
METODE SOXHLET
Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu.
Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5
sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian
kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang
hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini
menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran.
Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada
metode kontinu.
Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut
konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk
atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm,
thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm
outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in,dan
cooling water out .
Langkah-langkah dalam metode Soxhlet adalah :
Menimbang tabung pendidihan ; menuangkan eter anhydrous dalam tabung
pendidihan, susun tabung pendidihan, tabung Soxhlet, dan kondensator ;
ekstraksi dalam Soxhlet ; mengeringkan tabung pendidihan yang berisi
lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit ; didinginkan
dalam desikator lalu ditimbang.
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan
kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat
sampel) , di atas sampel ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan
adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60 sampai dengan 80°C.
Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah
untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi
dengan petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum
spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut organik. Thimbleyang sudah
terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan
labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat
pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan
dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai dipanaskan.
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor
mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes
ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini
terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan
dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga
pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar
dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan
lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan.
Faktor yang Memengaruhi Kadar Lemak
Faktor-faktor yang memengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan
sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe
pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet
memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini
digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin
polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk
kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada
proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri
tertinggi terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan
pelarut etil asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua
ekstrak tidak menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri
uji Gram-negatif.
Crackers
Crackers adalah jenis biskuit yang terbuat dari adonan keras melalui
proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang mengarah kepada
rasa asin dan renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya
berlapis-lapis. Crackers tanpa pemanis merupakan tipe yang paling
populer yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti roti dan penggunaanya
lebih luas sebagai makanan diet. Ciri-ciri crackersyang baik adalah
tekstur yang renyah, tidak keras apabila digigit, tidak hancur, dan
mudah mencair apabila dikunyah. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatancrackers dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan-bahan yang
berfungsi sebagai pengikat dan bahan pelembut tekstur. Bahan pengikat
atau pembentuk adonan yang kuat adalah tepung terigu, air, dan garam,
sedangkan bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut tekstur adalah
gula, mentega, dan leavening agent (baking powder)sebagai bahan
pengembang.
Pelarut Heksana
n-Heksana adalah bahan kimia yang terbuat dari minyak mentah. Normal
heksana tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam. Bahan ini mudah
terbakar dan uapnya bersifat eksplosif. Kebanyakan heksana digunakan
pada industri sebagai pelarut. Pelarut yang menggunakan n-heksana
bisanya digunakan untuk mengestrak minyak sayuran dari hasil pertanian,
seperti kedelai. Pelarut ini juga digunakan sebagai agen pembersih pada
percetakan, tekstil, furniture, dan industri pembuatan sepatu. Heksana
larut hanya pada air. Kebanyakan n-heksana yang tumpah di air akan
mengapung ke permukaan dimana heksana akan menguap ke udara.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan
:
·
Neraca analitik digital • Sampel minyak goreng
·
Gelas piala 100 mL • alcohol netral
·
Pipet tetes •
Kertas saring
·
Pengaduk •
aquadest
·
Erlenmeyer asah 250 mL • Larutan NaOH 0.0961
·
Gelas piala 400 mL • Larutan indicator pp
·
Batu didih •
sabun
·
Gelas ukur 100 ml
·
Penangas listrik
·
Pendingin tegak
·
Buret asam 50 mL
·
Corong
·
Masker
·
Statif
Cara kerja :
·
Mempersiapkan alat yang akan digunakan dan cuci
hingga bersih
·
Menimbang
± 5 gram sampel minyak
·
Dimasukkan kedalam Erlenmeyer asah 250 mL
·
Menambahkan 50 mL alcohol(CH3CH2OH)
netral dan memasukkan batu didih
·
Memanaskan Erlenmeyer tersebut diatas
penangas listrik berpendingin tegak selama 30 menit
·
Kemudian dinginkan Erlenmeyer tersebut dengan
suhu kamar
·
Setelah dingin,ditambahkan 2-3 tetes
indicator phenophtalein(pp)
·
Kemudian titar dengan NaOH yang telah
distandarisasi
Pengamatan :
·
Berat sampel
(minyak) :
5.0062 gram
·
Volume penitar (NaOH 0.0961 N ) : 0.30 mL
·
Warna larutan sebelum penambahan indicator
(PP) : Tidak berwarna
·
Warna larutan setelah ditambahkan indicator : Tidak berwarna
·
Warna larutan setelah titik akhir tercapai : Merah muda
Perhitungan :
Kadar asam lemak bebas :( mL NaOH x N NaOH x BE asam laurat/gram sampel) x 100 %
Pembahasan :
Asam lemak bebas adalah asam lemak
yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak
bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan
lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB.
Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk Asam lemak
bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan.
Tingginya asam lemak bebas ini
mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha
pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam
lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di
pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak . Asam
lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih
besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan
kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang
dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan pada ternak
atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan
pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat saraf
dan memperrsingkat umur (Anonim, 2012f).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak
kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas
lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak
berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah
asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil
mengakibatkan rasa tidak lezat.
Fungsi penambahan Alkohol
Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan
alkohol untuk melarutkannya, karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik.
Penambahan alkohol pada minyak kelapa yang ingin ditentukan kadar asam lemak
bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak kelapa saat proses pemanasan.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anonim (2012i) yaitu fungsi penambahan
alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat
bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk
melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya
berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik
(Anonim, 2012i).
Fungsi penambahan Indikator PP
Pemberian tiga tetes indikator pp pada praktikum ini adalah
sebagai indikator pembuktian bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada
praktikum ini, setelah dititrasi dengan NaOH, larutan alkohol dan Minyak kelapa
yang telah ditetesi indikator pp berubah warna menjadi merah muda. Hal ini
membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Hal ini diperkuat oleh Anonim
(2011b) yaitu jika pada percobaan larutan NaOH diberi fenoftalen, lalu
warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya sekitar 9-10
(basa).
Fungsi penambahan NaOH
Penggunaan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan
kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang
digunakan untuk menitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam
proses penentuan asam lemak bebas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Anonim (2011) yaitu volume yang diperoleh dari proses titrasi
digunakan dalam perhitungan penentuan kadar asam lemak bebas yang tergantung
pada suatu bahan pangan.
Kesimpulan :
Dari
hasil percobaan yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa kadar asam lemak bebas
dalam minyak goreng adalah 0.11 %
Daftar Pustaka :
http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/03/penetapan-kadar-lemak-metode-soxhlet.html
http://polisafaris.blogspot.com/2011/02/makalahlaporankadar-asam-lemak-bebas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar